Senin, 30 Mei 2011

Shalat Malam / Qiyamul Lail

Hadits 1
Dari Abu Hurairah ra ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, ' Sebaik baik puasa adalah puasa di bulan Allah Muharram dan sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam.'" (Diriwayatkan Muslim)

Hadits 2
Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw bersabda, " Shalat malam itu, dua rakaat dua rakaat. Jika engkau khawatir ketinggalan shalat shubuh maka lakukan shalat witir satu rakaat." (Muttafaq Alaih)

Hadits 3
Dari Anas ra ia berkata, "Rasulullah saw tidak berpuasa dalam sebulan sehingga kami menyangka bahwa beliau tidak pernah berpuasa pada bulan itu dan berpuasa pada bulan itu sehingga kita menyangka bahwa beliau tidak pernah tidak puasa pada bulan itu. Jika engkau ingin melihat beliau shalat pada malam hari, pasti engkau melihat beliau dan jika engkau ingin melihat beliau tidur pasti engkau melihatnya. " (Diriwayatkan Al Bukhari)

Syarah :

Bagian pokok dari Hadist 1 adalah :
"...Sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam."
Inilah pokok. Shalat malam lebih baik daripada shalat di siang hari kecuali shalat rawatib di sekitar shalat fardhu yang lebih utama dari pada shalat mutlak malam hari. Misalnya : Rawatib shalat zhuhur empat rakaat dengan dua salam sebelumnya dan dua rakaat setelahnya adalah lebih utama dari pada enam rakaat di malam hari. Karena semua itu adalah shalat rawatib muakad (ditekankan) yang mengikuti shalat fardhu. Sedangkan shalat mutlak di malam hari lebih baik dari pada shalat mutlak di siang hari.

Sedangkan hadits Ibnu Umar yang pertama dan yang kedua mengandung dalil bahwa shalat malam dilakukan dua rakaat dua rakaat. Tidak boleh Anda melakukan empat rakaat sekaligus. Akan tetapi harus dua rakaat dengan satu salam lalu dua rakaat dengan satu salam. Imam Ahmad Rahimullah berkata, "Jika seseorang berdiri untuk melakukan rakaat ketiga karena lupa, maka dia seperti jika berdiri untuk melakukan rakaat ketiga karena lupa dalam shalat shubuh", yakni dia harus kembali (dengan melakukan duduk tahiyyat).

Kamis, 26 Mei 2011

Keutamaan Shaf Pertama, Perintah Menyempurnakan, Meluruskan, dan Merapatkan.

Hadits 1
Dari Abu Hurairah ra ia berkata,"Rasulullah saw bersabda,'Sebaik baiknya shaf kaum pria adalah yang paling depan dan sejelek jeleknya adalah yang palig belakang. Dan sebaik baiknya shaf wanita adalah yang paling belakang dan sejelek jeleknya adalah yang paling depan." (Diriwayatkan Muslim)

Hadits 2
Dari Abu Said Al Khudri ra bahwa Rasulullah saw melihat para shahabat beliau mundur. Maka beliau bersabda,"Majulah, lalu sempurnakanlah bersamaku dan hendaknya menyempurnakan bersama kalian orang orang yang datang setelah kalian. Senantiasa kaum selalu saja mundur hingga Allah memundurkan mereka." (Diriwayatkan Muslim)

Hadits 3
Dari Abu Mas'ud ra ia berkata, "Rasulullah saw mengusap pundak pundak kami ketika shalat lalu beliau bersabda,'Ratakan shaf dan jangan semrawut sehingga semrawutlah hati kalian. Hendaknya dekat denganku orang orang yang berakal dan pandai. Kemudian yang di bawah mereka, dan kemudian yang di bawah mereka'." (Diriwayatkan Muslim)

Hadits 4
Dari Anas ra ia berkata,"Rasulullah saw bersabda,'Ratakan shaf kalian semua karena sesungguhnya meratakan shaf itu bagian dari kesempurnaan shalat (Suwwuu shufuu fakum fainna taswiyatashshaffa min tamaamishshalaah)'." (Muttafaq Alaih)

Syarah :

Hadits hadits di atas tentang keutamaan shaf yang dinukil oleh An Nawawi ra, diantaranya adalah :

Dari Abu Hurairah ra ia berkata,"Rasulullah saw bersabda,'Sebaik baiknya shaf kaum pria adalah yang paling depan dan sejelek jeleknya adalah yang palig belakang. Dan sebaik baiknya shaf wanita adalah yang paling belakang dan sejelek jeleknya adalah yang paling depan." (Diriwayatkan Muslim)

Demikianlah, karena shaf wanita berada di belakang shaf kaum pria. Inilah sunnah. Sedangkan kaum pria setiap kali bertambah maju, maka menjadi lebih utama sebagaimana sabda Nabi saw :

"Senantiasa kaum selalu saja mundur hingga Allah memundurkan dia".

Ini sangat berbahaya bahwa manusia setiap kali bergerak mundur dari shaf pertama atau kedua dan ketiga, maka Allah memasukkan rasa cinta kemunduran dalam setiap amal shalih dalam hatinya. Na'udzubillah.

Minggu, 22 Mei 2011

Shalat Sunnah

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib (Syarah Riyadhus Shalihin)


Hadist 1
Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah Ramlah bintu Abi Sufyan Radiallahu Anhuma, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Tiada seorang hamba muslim menunaikan shalat demi Allah Ta'ala dalam setiap hari dua belas rakaat sebagai shalat sunnah selain shalat fardhu, melainkan Allah membangunkan  baginya sebuah rumah di Surga, atau melainkan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam Surga'." (Diriwayatkan Muslim)

Hadist 2
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, "Aku pernah shalat bersama Rasulullah saw dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah shalat Jumat, dua rakaat setelah shalat Maghrib, dua rakaat setelah shalat Isya."

Hadist 3
Dari Abdullah bin Mughaffal ra, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Di antara dua adzan ada shalat, di antara dua adzan ada shalat, dan pada yang ketiga kalinya beliau menambahkan ungkapan, 'Bagi yang menghendaki'." (Muttafaq alaih)

Syarah:

Ketahuilah bahwa di antara berbagai nikmat Allah Azza wa Jalla adalah ditetapkan bagi para hamba-Nya shalat tambahan yang sunnah, selain shalat fardhu yang dengannya menyempurnakan shalat fardhu. Karena, shalat fardhu tidak lepas dari kekurangan. Jika Allah tidak mensyariatkan shalat nafilah itu sehingga kekurangan pada shalat fardhu disempurnakan dengannya. Shalat nawafil itu bermacam macam jenisnya, di antaranya adalah shalat rawatib yang mengikuti shalat fardhu, yaitu dua belas rakaat : empat rakaat sebelum zhuhur dengan salam setiap setelah dua rakaat, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah Isya dan dua rakaat sebelum shalat shubuh. Barangsiapa melakukannya setiap hari dan setiap malam, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di dalam Surga, sebagaimana dijelaskan di dalam hadist Ummu Habbibah Radhiyallau Anha.

Yang paling utama jika Anda menunaikan semua shalat rawatib itu di rumah, baik dia seorang Imam atau seorang makmum. Karena Nabi saw bersabda,

"Sebaik baiknya shalat seseorang itu dilakukan di rumahnya, selain shalat fardhu."

Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Shalat Shubuh (Syarah Riyadhus Shalihin)


Hadist 1
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum shalat zhuhur, dua rakaat sebelum shalat shubuh (Diriwayatkan Al Bukhari)

Hadist 2
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, "Nabi saw tidak lebih menjaga dengan suatu shalat nawafil selain dengan dua rakaat sebelum shalat shubuh." (Muttafaq Alaih)

Hadist 3
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha dari Nabi saw, beliau bersabda,"Shalat dua rakaat sebelum shalat shubuh lebih baik dari pada dunia dan segala isinya." (Diriwayatkan Muslim)

Hadist 4
Dari Abu Abdullah Bilal bin Rabah ra, seorang muadzdzin Rasulullah saw, bahwa dia datang kepada Rasulullah saw untuk mengumandangkan adzan untuk shalat shubuh. Aisyah membuat Bilal sibuk karena sesuatu hal yang ditanyakan kepadanyasehingga Bilal terlalu kesiangan. Bangkitlah Bilal, lalu mengumandangkan adzan untuk shalat dan langsung diikuti iqomah. namun Rasulullah saw belum juga keluar, lalu menunaikan shalat dengan orang banyak.Bilal menyampaikan kepada beliau bahwa Aisyah memberinya kesibukan dengan suatu pertanyaan yang ditanyakan kepadanya sehingga dirinya terlalu kesiangan, namun Nabi juga masih lama tidak keluar. Maka beliau saw bersabda, " Aku menunaikan shalat dua rakaat sebelum shalat shubuh." Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, engkau terlambat hingga pagi benar." Beliau bersabda, "Jika aku lebih terlambat hingga pagi sekali, aku tetap akan melakukan shalat dua rakaat sebelum shalat shubuh, menyempurnakan keduanya, dan membaguskan keduanya." (Diriwayatkan Abu Dawud dengan Isnad Hasan)

Syarah :

Sunnah Fajar yaitu dua rakaat sebelum shalat shubuh memiliki berbagai keistimewaan :
1. Disunnahkan memperingan shalat sunnah dua rakaat tersebut. Jika orang memanjangkannya, tentu menyelisihi dengan sunnah.
2. Disunnahkan shalat sunnah dua rakaat dengan bacaan tertentu, baik Surat Al Kafirun pada rakaat pertama dan Surat Al Ikhlas pada rakaat kedua.
3. Diantaranya pula bahwa Rasulullah saw tidak lebih menjaga dengan suatu shalat nawafil shalat sunnah rawatib selain dua rakaat sebelum shalat shubuh.


Shalat Sunnah Zhuhur (Syarah Riyadhus Shalihin)

Hadits 1
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata,"Aku shalat bersama Rasulullah saw dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya." (Muttafaq Alaih)

Hadits 2
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa Nabi saw tidak pernah meninggalkan shalat empat rakaat sebelum zhuhur (Diriwayatkan Al Bukhori)

Hadits 3
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata,"Rasulullah saw shalat di rumahku sebelum zhuhur empat rakaat. Kemudian, beliau berangkat untuk menunaikan shalat dengan orang banyak. Kemudian masuk ke rumahku dan menunaikan shalat dua rakaat. Beliau shalat maghrib dengan orang banyak. Kemudian, masuk ke rumahku dan menunaikan shalat dua rakaat. Kemudian, shalat isya dengan orang banyak. Lalu, masuk ke rumahku dan menunaikan shalat dua rakaat (Diriwayatkan Muslim)

Hadits 4
Dari Ummu Habibah Radhiyallahu Anha, ia berkata,"Rasulullah saw bersabda,'Barangsiapa memelihara shalat empat rakaat sebelum shalat zhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya masuk Neraka.'"(Diriwayatkan Abu Dawud dan At Tirmidzi). Dan ia berkata,"Hadits Hasan Sahih."

Hadits 5
Dari Abdullah As Saib Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah saw melakukan shalat empat rakaat setelah matahari tergelincir sebelum shalat zhuhur. Beliau bersabda,"Itu adalah saat dibukakan pintu pintu langit dan aku suka jika amal salihku naik." (Diriwayatkan At-Tirmidzi).Dan ia berkata,"Hadits Hasan."

Hadits 6
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah saw jika belum sempat menunaikan shalat empat rakaat sebelum shalat zhuhur, maka beliau menunaikannya setelahnya. (Diriwayatkan At Tirmidzi). Dan ia berkata,"Hadits Hasan."

Syarah :

Di sini disebutkan sejumlah hadits, semua menunjukkan bahwa shalat zhuhur memiliki shalat rawatib yang terdiri dari enam rakaat : empat rakaat sebelumnya dengan dua salam dan dua rakaat setelahnya. Jika orang lupa atau tertinggal empat rakaat sebelum shalat zhuhur (qabliyah), maka ia boleh menunaikannya setelah shalat zhuhur. Karena shalat rawatib itu diqadha seperti halnya shalat fardhu. Akan tetapi telah muncul dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah bahwasanya beliau terlebih dahulu dimulai dengan shalat ba'diyah (setelah shalat fardhu). Kemudian, disusul dengan sunnah qabliyah. Misalnya : Anda datang untuk menunaikan shalat zhuhur, sedang imam sedang shalat sehingga shalat qabliyah zhuhur tertinggal. Kita katakan,"Shalatlah dua rakaat setelah usai menunaikan shalat zhuhur, lalu shalat lagi dua rakaat salam, dua rakaat salam yang merupakan sunnah qabliyah (sebelum) shalat zhuhur. Inilah sunnah.

Shalat Sunnah Ashar (Syarah Riyadhus Shalihin)

Hadits 1
Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, ia berkata,"Rasulullah saw melakukan shalat sebelum ashar empat rakaat dengan menyela di antaranya dengan salam untuk para malaikat terdekat dan semua orang yang mengikuti beliau dari orang orang muslim dan orang orang mukmin," (Diriwayatkan At Tirmidzi). Dan ia berkata,"Hadits Hasan."

Hadits 2
Dari Ibnu Umar Radhiyallau Anhu dari Nabi saw, beliau bersabda,"Allah Merahmati seseorang yang melakukan shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar." (Diriwayatkan Abu Dawud dan At Tirmidzi). Dan ia berkata, "Hadits hasan."

Hadits 3
Dari Ali bin Abu Thalib ra, bahwa Nabi saw menunaikan shalat sebelum ashar sebanyak dua rakaat (Diriwayatkan Abu Dawud dengan isnad yang sahih)


Shalat Sunnah Maghrib (Syarah Riyadhus Shalihin)

Hadits 1
Dari Abdullah bin Mughaffal ra dari Nabi saw, beliau bersabda, "Shalatlah kalian semua sebelum shalat Maghrib.",pada yang ketiga kalinya beliau menambahkan ungkapan,"Bagi siapa saja yang mau." (Diriwayatkan Al Bukhari)

Hadits 2
Dari Anas ra, ia berkata, "Aku telah melihat para pemuka sahabat Rasulullah saw buru buru menuju tiang masjid untuk menunaikan shalat sunnah sebelum shalat maghrib." (Diriwayatkan Al Bukhari)

Hadits 3
Dari Anas ra, ia berkata, "Kami sedang menunaikan shalat di zaman Rasulullah saw dua rakaat setelah matahari terbenam sebelum maghrib, maka dikatakan, 'Apakah Rasulullah saw melakukan shalat dua rakaat itu?' Ia menjawab,'Beliau menyaksikan kami melakukannya, namun beliau tidak memerintahkan kepada kami dan juga tidak melarang kami." (Diriwayatkan Muslim)

Hadist 4
Dari Anas ra, ia berkata, "Kami di Madinah jika seorang muadzdzin mengumandangkan adzan untuk shalat maghrib, maka mereka berlomba ke tiang tiang masjid untuk melakukan shalat dua rakaat hingga orang asing masuk masjid, lalu mengira bahwasanya shalat fardhu telah dilaksanakan karena banyaknya orang yang melakukan shalat sunnah itu." (Diriwayatkan Muslim)

Dalam Bab ini telah berlalu hadits Ibnu Umar dan hadits Aisyah. Keduanya adalah hadits shahih bahwa Nabi saw setelah maghrib menunaikan shalat sunnah sebanyak dua rakaat. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang shahih.

Shalat Sunnah Isya (Syarah Riyadhus Shalihin)

Dalam bab ini adalah hadits Ibnu Umar yang lalu yaitu :
" Aku shalat bersma Nabi saw dua rakaat setelah Isya "

Juga hadits Abdullah bin Mughaffal :
" Di antara dua adzan ada shalat." (Muttafaq Alaih)

Syarah :

Semua bab di atas berkenaan dengan hadits hadits yang menjelaskan sunnah shalat ashar, maghrib dan isya, disamping penjelsan tentang sunnah shalat fajar dan zhuhur yang sudah berlalu. Sedangkan sunnah shalat ashar adalah hendaknya orang menunaikan shalat empat rakaat sebelumnya sebagai pengamalan,
" Allah merahmati seseorang yang melakukan shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar"

Kalimat ini adalah doa. Yakni, Nabi saw berdoa untuk orang yang menunaikan shalat empat rakaat sebelum shalt ashar. sedangkan shalat Maghrib memiliki shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi shalat sunnah yang sebelumnya bukan sunnah rawatib sedangkan yang sesudahnya adalah rawatib.

Sedangkan shalat isya memiliki shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi yang sebelumnya bukan shalat sunnah rawatib namun termasuk kepada cakupan hadits Nabi saw.

"Di antara setiap dua adzan ada shalat "

Sedangkan setelahnya disunnahkan shalat dua rakaat.

Dengan demikian jelas bahwa shalat fardhu lima waktu :

  • Shalat shubuh memiliki shalat sunnah sebelumnya dan setelahnya tidakada shalat sunnah


  • Shalat Zhuhur memiliki shalat sunnah sebelum dan sesudahnya


  • Shalat ashar tidak memiliki shalat sunnah sebelum dan sesudahnya yakni shalat sunnah rawatib, akan tetapi ia memiliki shalat sunnah bukan rawatib sebelumnya, sedangkan sesudahnya adalah waktu dilarang menunaikan shalat.


  • Sedangkan maghrib memiliki shalat sunnah sesudahnya yakni shalat sunnah rawatib sedang sebelumnya adalah bukan


  • Shalat Isya memiliki shalat sunnah rawatib setelahnya dan yang sebelumnya bukan.

Selasa, 17 Mei 2011

Biografi


1. SYAIKH ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN AL BASSAM (Pengarang Syarah Bulughul Maram, Pustaka Azzam)


Nasab

Beliau adalah Abu Abdirrahman Syaikh Abdullah ibn Abdurrahman ibn Shalih ibn Hamd ibn Muhammad ibn Hamd Al-Bassam. Beliau dilahirkan di kota keluarganya, yaitu Unaizah, Qashim tahun 1346 H (1926M). Keluarga Al-Bassam adalah keluarga yang terkenal dalam wawasan umum, kedalaman ilmu agama dan Bahasa Arab, masalah sosial politik yang dikarenakan seringnya melakukan perjalanan ke luar negeri, perhatian terhadap permasalahan negara-negara dan bangsa lain.

Perjalanan Pendidikan

Pada masa kanak-kanak, beliau belajar di sekolah milik Syaikh Abdullah ibn Muhammad Al-Qar'awy. Beliau belajar Al-Qur'an dan pokok-pokok dasar ilmu syariah. Namun, beliau dengan kawan-kawannya memfokuskan diri untuk hanya belajar tahfidz Al-Qur'an. Setelah gurunya, Al-Qar'awy, meningalkan Unaizah dan berpindah ke Wilayah Bagian Selatan (Janub Al-Mamlakah), maka beliau akhirnya bersama kakaknya sendiri, Syaikh Shalih ibn Abdurrahman Al-Bassam belajar kepada bapaknya. Keduanya belajar Al-Qur'an, tafsir, sirah nabawiyah, sejarah Islam, fiqh, dan tata bahasa Arab (Nahwu). Tentang tafsir, beliau mempelajari Tafsir Ibn Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah. Tentang fiqh, beliau belajar kitab Akhshar Al-Mukhtasharat karya Al-Balbany, dan tentang tata bahasa Arab belajar Nahwu Jurumiyah.

Disela-sela waktu belajar Al-Qur'an dari bapaknya, beliau juga menyempatkan diri mengajar tafsir. Orang tuanya banyak memotivasi beliau untuk meneruskan pendidikan agamanya, tentang keutamaan ilmu dan ulama. Orang tuanya sering mengulang-ulang wasiat, Jika datang kepadaku seorang ulama, maka itu lebih mulia bagiku daripada timbunan harta karun. Kemudian, beliau meneruskan belajarnya kepada Syaikh Al-Allamah Abdurrahman ibn Nashir Al-Sa'dy. Beliau selalu mengikuti semua pelajaran yang dilakukan Al-Sa'dy dan tidak pernah absen barang sekalipun.

Kawan-Kawan Senior

1. Syaikh Sulaiman ibn Ibrahim Al-Bassam
2. Syaikh Hamd ibn Muhammad Al-Bassam
3. Syaikh Muhammad ibn Sulaiman Al-Bassam
4. Syaikh Muhammad ibn Abdul Aziz Al-Muthawwi'
5. Syaikh Muhammad ibnManshur Al-Zamil
6. Syaikh Abdullah ibn Abdul Aziz ibn Aqil
7. Syaikh Abdurrahman ibn Muhammad Al-Maqwasyy
8. Syaih Ali ibn Muhammad Al-Shalihy
9. Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad Al-Salman
10. Dan yang lain-lainnya.

Kawan-kawan seperguruannya

1. Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin
2. Syaikh Ali Al-Muhammad Al-Zamil
3. Syaikh Hamd Al-Muhammad Al-Marzuqy
4. Syaikh Abdul Aziz Al-Musaid
5. Syaikh Abdullah Al-Aly Al-Nuaim
6. Syaikh Abdul Aziz Al-Aly Al-Nuaim
7. Syaikh Sulaiman Al-Abdurrahman Al-Damigh
8. Syaikh Abdullah Al-Shalih Al-Valih

Beliau sangat bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam mempelajari qiraah, baik dari Syaikhnya (Al-Sa'dy) maupun dari kawan-kawan seniornya yang sudah kami sebutkan di atas. Setelah menyelesaikan pelajaran dari Syaikh Al-Sa'dy, beliau juga menyempatkan diri untuk mengulangi pelajaran tersebut dari kawan-kawan seniornya.

Pelajaran-pelajaran tersebut adalah:

1. Tafsir, yang paling sering diulang-ulang adalah Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Sa'dy hingga beliau mampu menyampaikannya kembali kepada manusia dari hafalannya tanpa teks.
2. Hadits, kitab Al-Bukhary, Al-Muntaqa, dan Bulugh Al-Maram
3. Tauhid, kitab Al-Tauhid, Aqidah Wasithiyah, Syarh Aqidah Thahawiyah, dan beberapa kitab karangan Syaikh Al-Sa'dy, gurunya.
4. Ushul Fiqh, kitab yang diulang-ulang adalah Al-Waraqat dan Mukhtasar AL-Tahrir
5. Fiqh, yang diulang-ulang adalah Matan Zad Al-Mustaqni', Syarh Murbi', Al-Muntaha beserta syarh-nya, dan beberapa kitab fiqh karangan Syaikh Al-Sa'dy, gurunya.

Hafalan Beliau

Saat masih belajar, beliau banyak memilik hafalan sebagai berikut:

1. Al-Qur'an Al-Karim, hafal sejak kecil saat belajar kepada bapaknya.
2. Bulughul Maram
3. Mukhtasar Al-Muqni' (Matan Zad Al-Mustaqni')
4. Beberapa kitab tauhid dan fiqh
5. Matan Al-Waraqat fii Ushul Al-Fiqh
6. Al-Qathr fii Al-Nahwy
7. Alfiah ibn Malik fii Al-Nahwy wa Al-Sharf

Adapun hafalan-hafalan berikutnya, beliau peroleh saat belajar kepada Syaikh Al-Sa'dy. Beliau bermajelis kepada Al-Sa'dy selama 8 tahun

Aktivitas beliau

Selama belajar di Syaikh Al-Sa'dy, beliau sudah diminta oleh masyarakatnya di Unaizah untuk mengimami shalat tarawih dan tahajjud di bulan Ramadhan dan memberikan ceramah motivasi di 10 malam terakhir Ramadhan. Sejak dibukanya Dar Al-Tauhid di kota Thaif, beliau melihat ada beberapa cabang ilmu yang tidak diajarkan gurunya. Beliau pun melakuk melakukan penelaahan terhadap apa yang beliau pelajari dari guru-gurunya. Tahun 1365 H beliau berhaji. Di sana, beliau berjumpa dengan dengan ketua Dar Al-Tauhid, yaitu Syaikh Muhammad ibn Abdul Aziz fk Mani' di rumahnya di Makkah. Di sana beliau memberikan kuliah yang membuat Syaikh ibn Mani' sangat terkesan atas materi dan metode serta hafalannya. Maka Syaikh ibn Mani' meminta beliau untuk mengajar di sana. Beliau menjumpai para ulama senior, baik dari Al-Azhar maupun yang lainnya yang juga mengajar di Dar Al-Tauhid, seperti Syaikh Abdurrazaq Afify, Syaikh Muhammad Husain Al-Dzahaby, Syaikh Abdullah Al-Shalih Al-Khulaify, dan yang lainnya.

Profesi

Setelah beliau menyelesaikan pendidikan tahun 1374H, beliau memulai profesinya sebagai berikut:

1. Menjadi hakim pada masalah-masalah tertentu dan mendesak, di Makkah
2. Pengajar resmi di Masjidil Haram
3. Anggota Rabithah Al-Alam Al-Islamy dan anggota di musim haji
4. Imam Masjidil Haram selama 3 bulan. Kemudian, pemerintah meminta beliau untuk tetap menjadi imam, namun beliau menolaknya karena kesibukan.
5. Ketua Mahkamah Kubra di kota Thaif.
6. Hakim di Mahkamah Penyelesaian Berbagai Hukum-hukum syariah di Wilayah Bagian Barat (Manthiqah Gharbiyah) yang beribukota Mekkah 1391H.
7. Ketua di Mahkamah Penyelesaian Berbagai Hukum-hukum syariah di Wilayah Bagian Barat (Manthiqah Gharbiyah) yang beribukota Mekkah 1400H hingga beliau pensiun kemudian diperpanjang beberapa tahun hingga tahun 1417H.
8. Anggota Al-Majma' Al-Fiqhy Al-Islamy (Komisi Ulama Fiqh Dunia).
9. Wakil kerajaan untuk sejumlah konferensi di luar negeri.

Karya Ilmiah

1. Berbagai buku kumpulan ceramah yang disampaikan di acara-acara Rabithah Al-Alam Al-Islamy.
2. Risalah fii Madhar wa Mafasid Taqnin Al-Syariah
3. Syarh 'alaa Kasyf Al-Syuhubat
4. Hasyiyah 'alaa Umdah Al-Fiqh
5. Taisir Al-Alam Syarh Umdah Al-Ahkam
6. Taudhih Al-Ahkam min Bulugh Al-Maram
7. Ulama Nejd Khilal Tsamaniah Qurun
8. Al-Qaul Al-Jaly fii Hukm Zakah Al-Hully
9. Al-Ikhtiyarat Al-Jaliah fii Al-Masail Al-Khilafiah
10. Dan berbagai karya yang lainnya, baik dalam ukuran tebal maupun tipis.

Murid-Murid

1. Syaikh Dr. Nashir Al-Abdullah Al-Maiman (Dosen Univ. Ummul Qura)
2. Syaikh Sya'i' ibn Muhammad Al-Dausary
3. Syaikh Abdul Qadir ibn Abdul Wahhab Baghdady
4. Syaikh Yusuf ibn Ruddah Al-Hasany
5. Syaikh Za'id Al-Haritsy (hakim di Makkah)
6. Syaikh Muhammad ibn Syarf Al-Halwany (seorang hakim di Thaif)
7. Dan lain-lain

Wafat

Beliau wafat pada Kamis pagi, waktu dhuha, 27 Dzul Qa'dah 1423H dalam usia 77 tahun karena gagal jantung. Beliau dishalatkan di Masjidil Haram, Makkah, setelah shalat Jum'at. Semoga Allah ta'alaa selalu mencurahkan rahmat-Nya kepadanya dengan seluas-luasnya. Amiin.


2. SYAIKH ABDUL AZIZ ABDULLAH BIN BAZ (Pengarang Pengantar Fathul Baari, Penjelasan Sahih Bukhari, Pustaka Azzam)



Nama dan Nasab
Beliau adalah Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn Abdullah Al-Baaz. Beliau lahir di kota Riyadh, 12 Dzul Hijjah 1330 H.

Pendidikan

Beliau memulai pendidikannya pada masa kanak-kanak.
Beliau sudah hafal Al-Qur'an penuh sebelum mencapai usia baligh. Beliau banyak belajar ilmu syariah dan Bahasa Arab dari mayoritas ulama yang ada di kota Riyadh. Pada awalnya beliau bisa melihat. Namun, karena penyakit yang menimpa mata beliau pada tahun 1346 H (usia 16 tahun), maka lambat-laun beliau mulai berkurang daya lihatnya hingga akhirnya buta sama sekali. 

Diantar para guru beliau adalah: 
1. Syaikh Muhammad ibn Abdullathif ibn Abdurrahman ibn Hasan Al-Syaikh
2. Syaikh Shalih ibn Abdul Aziz ibn Abdurrahman ibn Hasan Al-Syaikh
3. Syaikh Sa'ad ibn Hamd ibn Atiq
4. Syaikh Hamd ibn Faris
5. Syaikh Sa'ad ibn Waqqash Al-Bukhary
6. Syaikh Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdullathif Al-Syaikh

Profesi

1. Hakim di wilayah Kharj 1357 hingga lebih dari 14 tahun. 
2. Dosen di Ma'had Al-Ilmy Riyadh 1372H (usia 42 tahun), Fakultas Syariah di Riyadh 1381 H (usia 51 tahun) untuk mata kuliah Tauhid dan Hadits. 
3. Menjadi Pembantu Rektor (PUREK) Univ. Islam Madinah tahun 1381 (usia 51 tahun). 
4. Menjadi rektor Univ. Islam Madinah tahun 1390 H (usia 60 tahun). 
5. Tahun 1395 H (usia 65 tahun), raja mengangkat beliau menjadi ketua umum Idarah Al-Buhuts Al-Ilmiah wa Al-Ifta wa Al-Da'wah wa Al-Irsyad (Dewan Nasional untuk Urusan Penelitian Ilmiah Islam, Fatwa, dan Da'wah). 
6. Anggota Haiah Kibar Al-Ulama (Komisi Ulama Senior) Saudi Arabia. 
7. Ketua komite tetap urusan penelitian Islam dan fatwa (sub-ordinat dari Komisi Ulama Senior). 
8. Anggota dan ketua Tim Pendiri Rabithah Al-Alam Al-Islamy. 
9. Ketua Dewan Kehormatan Internasional untuk urusan masjid. 
10. Ketua Majma' Al-Fiqh Al-Islamy (Ikatan Ulama Fiqh Dunia), sub-ordinat dari Rabithah Al-Alam Al-Islamy. 
11. Anggota Dewan kehormatan Univ. Islam Madinah
12. Anggota Dewan Kehormatan untuk Urusan Da'wah di Saudi Arabia

Karya Ilmiah

1. Al-Fawaid Al-Jaliah fii Al-Mabahits AL-Fardhiah
2. Al-Tahqiq wa Al-Idhah li Katsir min Masail Al-haj wa Al-Umrah wa Al-Ziarah
3. Al-Tahdzir min Al-Bida'
4. Risalatan Maujizatan fii Al-Zakah wa Al-Shiam
5. Al-Aqidah Al-Shahihah wa maa Yudhadhuha
6. Wujub Al-Amal bi Al-Sunnah wa Kafara man Ankaraha
7. Al-Da'wah ilaallah wa Akhlaq Al-Daiah
8. Wujub Tahkim Syar'illah wa Nabadza man Khalafah
9. Hukm Al-Sufur wa Al-Hijab wa Nikah Al-Shighar
10. Naqd Al-Qaumiah Al-Arabiah
11. Al-Jawab Al-Mufid fii Hukm Al-Tashwir
12. Ibn Abdul Wahab: Siratuhu wa Da'watuh
13. Tsalats Rasail fii Al-Shalah
14. Hukm Al-Islam fii man Tha'ana fii Al-Qur'an au fii Rasulillahshallallahu 'alaihiwa sallam
15. Hasiyah Mufidah 'alaa Fath Al-Bary
16. Risalah Al-Adillah Al-Naqliyah wa Al-Hissiyah 'alaa Jariyan Al-Syams wa Sukun Al-Ardh wa Imkan Al-Su'ud ilaa Al-Kawakib
17. Iqamah Al-Burhan 'alaa Hukm man istghats bi Ghairillah au shadaqah Al-kahanah au Al-Arafin
18. Al-Jihad fii Sabilillah
19. Al-Durus Al-Muhimmah li Ammah Al-Ummah
20. Fatawa Tata'alliq bi Ahkam Al-Haj wa Al-Umrah wa Al-Ziarah
21. Wujub Luzum Al-Sunnah wa Al-Hadzr min Al-Bid'ah

Aktivitas Harian

1. Bangun pagi saat waktu sahur untuk shalat malam
2. Shalat shubuh berjamaah di Masjid
3. Memberikan kuliah shubuh selama 3 jam
4. Pulang untuk sarapan pagi bersama para tamunya
5.
Berangkat ke kantor untuk mengerjakan berbagai urusan fatwa, nasihat, dan bimbingan. 
6. Shalat Dhuhur di Masjid. 
7. Kembali ke kantor untuk bekerja kembali sampai jam 02.30 PM. 
8. Pulang ke rumah
9. Menemui dan menjamu para tamu di rumah untuk menjawab berbagai pertanyaan dan menjawab fatwa lewat telepon hingga tiba waktu makan siang (makan siang di Saudi sudah masuk waktu sore –pent) 
10. Makan siang bersama para tamu kemudian melanjutkan menjawab urusan fatwa/pertanyaan-pertanyaan
11. Shalat Ashar di masjid. 
12. Memberikan kuliah ba'da ashar
13. Pulang ke rumah dan istirahat
14. Shalat maghrib di Masjid. 
15. Kembali ke rumah untuk menjawab berbagai permintaan fatwa. 
16. Menerima tamu hingga datang waktu sholat Isya. 
17. Sholat Isya di Masjid
18. Pulang ke rumah bersama sebagian para tamu dan muridnya untuk mendiskusikan berbagai topik ilmiah Islam. 
19. Makan malam bersama para tamu. 
20. Dan tidak kembali ke keluarganya kecuali setelah jam 11.00 PM (tengah malam). 

Wafat

Beliau wafat di kota Thaif, beberapa saat sebelum shubuh, Kamis 27 Muharram 1420 H (1999 M). Beliau meninggalkan dua orang istri, 9 orang anak (4 laki-laki dan 5 perempuan). Beliau dishalatkan di Masjid Al-Haram, Makkah Al-Mukarramah dan dimakamkan juga di Makkah, Saudi Arabia.***







3. SYAIKH MUHAMMAD SALIH AL UTSAIMIN (Pengarang Syarah Riyadhus Salihin, Darul Falah)



Nasab (Silsilah Beliau)


Beliau bernama Abdillah Muhammad Bin Shalih Bin Muhammad Bin Utsaimin Al-Wahib At-Tamimi. Dilahirkan di kota Unaizah tanggal 27 Ramadhan 1347 Hijriyah.


Pertumbuhan Beliau


Beliau belajar membaca Al-Qur’an kepada kakeknya dari ibunya yaitu Abdurrahman Bin Sulaiman Ali Damigh Rahimahullah, hingga beliau hafal. Sesudah itu beliau mulai mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis menulis), ilmu hitung dan beberapa bidang ilmu sastra.


Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah menugaskan kepada 2 orang muridnya untuk mengajar murid-muridnya yang kecil. Dua murid tersebut adalah Syaikh Ali Ash-Shalihin dan Syaikh Muhammad Bin Abdil Aziz Al-Muthawwi’ Rahimahullah. Kepada yang terakhir ini beliau (syaikh Utsaimin) mempelajari kitab Mukhtasar Al Aqidah Al Wasithiyah dan Minhaju Salikin fil Fiqh karya Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dan Al- Ajurrumiyah serta Alfiyyah.


Disamping itu, beliau belajar ilmu faraidh (waris) dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman Bin Ali Bin ‘Audan. Sedangkan kepada syaikh (guru) utama beliau yang pertama yaitu Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, beliau sempat mengkaji masalah tauhid, tafsir, hadits, fiqh, ustsul fiqh, faraidh, musthalahul hadits, nahwu dan sharaf.


Belia mempunyai kedudukan penting di sisinya Syaikhnya Rahimahullah. Ketika ayah beliau pindah ke Riyadh, di usia pertumbuhan beliau, beliau ingin ikut bersama ayahnya. Oleh karena itu Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengirim surat kepada beliau: “Hal ini tidak mungkin, kami menginginkan Muhammad tetap tinggal di sini agar dapat bisa mengambil faidah (ilmu).”


Beliau (Syaikh Utsaimin) berkata, “Sesungguhnya aku merasa terkesan dengan beliau (Syaikh Abdurrahman Rahimahullah) dalam banyak cara beliau mengajar, menjelaskan ilmu, dan pendekatan kepada para pelajar dengan contoh-contoh serta makna-makna. Demikian pula aku terkesan dengan akhlak beliau yang agung dan utama sesuai dengan kadar ilmu dan ibadahnya. Beliau senang bercanda dengan anak-anak kecil dan bersikap ramah kepada orang-orang besar. Beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat.”


Beliau belajar kepada Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz -sebagai syaikh utama kedua bagi beliau- kitab Shahih Bukhari dan sebagian risalah-risalah Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah serta beberapa kitab-kitab fiqh.


Beliau berkata, “Aku terkesan terhadap syaikh Abdul Aziz Bin Baz Hafidhahullah karena perhatian beliau terhadap hadits dansaya juga terkesan dengan akhlak beliau karena sikap terbuka beliau dengan manusia.”


Pada tahun 1371 H, beliau duduk untuk mengajar di masjid Jami’. Ketika dibukanya ma’had-ma’had al ilmiyyah di Riyadh, beliau mendaftarkan diri di sana pada tahun 1372 H. Berkata Syaikh Utsaimin Hafidhahullah, “Saya masuk di lembaga pendidikan tersebut untuk tahun kedua seterlah berkonsultasi dengan Syaikh Ali Ash-Shalihin dan sesudah meminta ijin kepada Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah. Ketika itu ma’had al ilmiyyah dibagi menjadi 2 bagian, umum dan khusus. Saya berada pada bidang yang khusus. Pada waktu itu bagi mereka yang ingin “meloncat” – demikian kata mereka- ia dapat mempelajari tingkat berikutnya pada masa libur dan kemudian diujikan pada awal tahun ajaran kedua. Maka jika ia lulus, ia dapat naik ke pelajaran tingkat lebih tinggi setelah itu. Dengan cara ini saya dapat meringkas waktu.”


Sesudah 2 tahun, beliau lulus dan diangkat menjadi guru di ma’had Unaizah Al ‘Ilmi sambil meneruskan studi beliau secara intishab (Semacam Universitas Terbuka -red) pada fakultas syari’ah serta terus menuntut ilmu dengan bimbingan Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di.


Ketika Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di wafat, beliau menggantikan sebagai imam masjid jami’ di Unaizah dan mengajar di perpustakaan nasional Unaizah disamping tetap mengajar di ma’had Al Ilmi. Kemudian beliau pindah mengajar di fakultas syari’ah dan ushuludin cabang universitas Al Imam Muhammad Bin Su’ud Al Islamiyah di Qasim. Beliau juga termasuk anggota Haiatul Kibarul Ulama di Kerajaan Arab Saudi. Syaikh Hafidhahullah mempunyai banyak kegiatan dakwah kepada Allah serta memberikan pengarahan kepada para Da’i di setiap tempat. Jasa beliau sangat besar dalam masalah ini.


Perlu diketahui pula bahwa Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Rahimahullah telah menawarkan bahkan meminta berulang kali kepada syaikh Utsaimin untuk menduduki jabatan Qadhi (hakim), bahkan telah mengeluarkan surat pengangkatan sebagai ketua pengadilan agama di Al Ihsa, namun beliau menolak secara halus. Setelah dilakukan pendekatan pribadi, Syaikh Muhammad Bin Ibrahim pun mengabulkannya untuk menarik dirinya (Syaikh Utsaimin -red) dari jabatan tersebut.


Karya-karya Beliau


Buku-buku yag telah ditulis oleh Syaikh Utsaimin diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Talkhis Al Hamawiyah, selesai pada tanggal 8 Dzulhijah 1380 H.
2. Tafsir Ayat Al Ahkam (belum selesai).
3. Syarh Umdatul Ahkam (belum selesai).
4. Musthalah Hadits.
5. Al Ushul min Ilmil Ushul.
6. Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah.
7. Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.
8. Majalisu Ar Ramadhan.
9. Al Udhiyah wa Az Zakah.
10. Al Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah.
11. Tashil Al Faraidh.
12. Syarh Lum’atul I’tiqad.
13. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah.
14. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
15. Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma’ihil Husna.
16. Risalah fi Annath Thalaq Ats Tsalats Wahidah Walau Bikalimatin (belum dicetak).
17. Takhrij Ahadits Ar Raudh Al Murbi’ (belum dicetak).
18. Risalah Al Hijab.
19. Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A’dzar.
20. Risalah fi Mawaqit Ash Shalah.
21. Risalah fi Sujud As Sahwi
22. Risalah fi Aqsamil Mudayanah.
23. Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi.
24. Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak).
25. Tafsir Ayatil Kursi.
26. Nailul Arab min Qawaid Ibnu Rajab (belum dicetak).
27. Ushul wa Qowa’id Nudhima ‘Alal Bahr Ar Rajaz (belum dicetak).
28. Ad Diya’ Allami’ Minal Hithab Al Jawami’.
29. Al Fatawaa An Nisaa’iyyah
30. Zad Ad Da’iyah ilallah Azza wa Jalla.
31. Fatawa Al Hajj.
32. Al Majmu Al Kabir Min Al Fatawa.
33. Huquq Da’at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar’iyah.
34. Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu.
35. Min Musykilat Asy Sayabab.
36. Risalah fil Al Mash ‘alal Khuffain.
37. Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin.
38. Ushul At Tafsir.
39. Risalah Fi Ad Dima’ Ath Tabiiyah.
40. As’illah Muhimmah.
41. Al Ibtida’ fi Kamali Asy Syar’i wa Khtharil Ibtida’.
42. Izalat As Sitar ‘Anil Jawab Al Mukhtar li Hidayatil Muhtar.


Dan masih banyak karya-karya beliau hafidahullah ta’ala yang lain. Wallahu ‘alam.


Sumber: SALAFY Edisi XIII/Sya’ban-Ramadhan/1417/1997
Judul Asli: “Tokoh Ahlus Sunnah dari Unaizah”


Wafat Beliau (keterangan tambahan)


Sekarang beliau telah meninggal dunia. Beliau meninggal pada hari Rabu 15 Syawal 1421 Hijriyah bertepatan dengan 10 Januari 2001 dalam usia yang ke 74. Semoga Allah merahmati beliau dan memberikan balasan yang setimpal kepada beliau atas jasa-jasa beliau kepada Islam dan Muslimin.

Senin, 16 Mei 2011

Buku dan Situs Rujukan

1. 60 BIOGRAFI ULAMA SALAF
   Karya : Syaikh Ahmad Faridh
   Penerbit : Pustaka Al Kautsar
   Penerjemah : Masturi Ilham, Lc & Asmu'i Taman, Lc.
   Cetakan : Kedua, Februari 2007.

2. SYARAH BULUGHUL MARAM (Penulis: Ibnu Hajar Al Asqalani)
   Karya : Asy Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam
   Penerbit : Pustaka Azzam
   Penerjemah :  Thahirin Suparta & M. Faisal
   Cetakan : Maret 2006.


3. SYARAH RIYADHUS SHALIHIN (Penulis: Imam Nawawi)
   Karya : Asy Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin
   Penerbit : Darul Falah
   Penerjemah :  Drs. Asmuni
   Cetakan : Februari 2007

4. HASIL PENELITIAN FATHUL BAARI (Penulis : Ibnu Hajar Al Asqalani)
   Karya : As Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz
   Penerbit : Pustaka Azzam
   Penerjemah :  Ghazirah Abdi Ummah
   Cetakan : Februari 2002

Minggu, 15 Mei 2011

Daftar Penerbit Buku Islam

1. Daftar Penerbit Buku terpercaya InsyaAllah tsiqah diatas Islam /sunnah ( Silahkan membacanya )

  • Pustaka Azzam
  • Darul Haq
  • Darul Falah
  • At-Tibyan
  • Media Hidayah
  • Pustaka Imam Syafi'i
  • Pustaka Imam Bukhari
  • Pustaka Barakah
  • Pustaka al-Furqan
  • Pustaka at-Tauhid
  • Pustaka as-Sunnah
  • Pustaka as-Sofwah
  • Pustaka Arafah
  • Pustaka Bina Umat
  • Elba
  • Najila
  • al-Qowam
  • Maktabah Salafi Press
  • Maktabah adz-Dzahabi
  • Risalah Gusti
  • Darus Sunnah


2. Daftar penerbit buku Islam yang sebagian besar bisa dipercaya
(Perhatikan penulisnya, penterjemahnya, pengantarnya, haditsnya)

  • Mujahid
  • Penerbit Cendekia
  • Pustaka al-Kautsar
  • Qisthi Press